
Saat aku membaca tulisan yang tercatat di kertas itu, kembali aku kangen sama teman-teman SMP. Aku lulus SMP sekitar tahun 2012, jadi sudah 6 tahun aku lulus SMP dan berpisah dengan teman-temanku. Sebelum lulus, aku membeli satu buku untuk teman-teman tanda tangan, cerita, dan curhat perasaan. Buku itu berbentuk segi empat dan tebal. Covernya berwarna hitam serta dihiasi dengan gambar kartun anak-anak berpegang tangan. Mereka berdiri di atas dunia yang berwarna putih. Di covernya juga ada gambar pohon dan awan.
Mengapa aku memilih beli buku ini, padahal buku kenangan mempunyai banyak ukuran. Aku memilih ukuran segi empat karena pas dan harganya juga tidak terlalu mahal. Harganya hanya 160 bath, kalau dirupiahkan sekitar 72 ribu. Kalau aku memiilih ukuran yang lebih besar mungkin dicereweti sama temanku karena mereka tidak suka tulisnya panjang-panjang. Pernah ada temanku membeli buku kenangan yang gede dan dicerewet sama teman di kelas, “Aduh gede banget! Aku tidak mau tulis ah! Beli yang kecil biar tidak usah tulis panjang-panjang,” ujar temanku.
Buku kenangan juga mempunyai cover yang berbeda dan aneka warna. Aku memilih cover yang berwarna hitam. Ada salah satu temanku pernah tanya, “Mengapa kamu memilih warna hitam? Kenapa tidak memilih warna yang cerah warna yang manis seperti warna pink gitu?” kata temanku. Aku langsung menjawab, “Aku suka warna yang gelap-gelap, aku tidak suka warna pink.” Kalau menyebut warna pink, aku punya perasaan geli. Mungkin ada hubungan dengan masa kecilku.
Saat kecil dulu, warna kesukaanku adalah warna pink. Aku suka banget. Baju, rok, celana, dan barang-barangku semua warna pink. Kalau ibuku membeli baju atau mainan buatku, ibuku selalu membeli warna pink. Aku suka warna pink sampai punya nama panggilan dari sepupuku, “Adik Pink.” Pas aku gede, aku tidak suka lagi dengan warna pink. Aku sudah bosan. Ini salah satu alasan yang membuatku tidak membeli buku kenangan warna pink. Aku memilih membeli warna hitam bukan karena suka warna hitam saja, tapi aku juga tertarik dengan gambar di cover. Gambarnya adalah anak-anak yang berpegang tangan. Ini menunjukkan hubungan persahabatanku dengan teman-teman akan selalu berjalan dengan baik dan tidak akan melepaskan tangan sampai kapan pun.

Buku kenanganku terisi dengan kertas yang berwarna-warni juga. Di kertas juga tertera motif-motif imut. Ada gambar burung, awan, bunga, dan kartun. Jenis kertas adalah segi empat yang tipis. Halaman awal tercatat namaku dan profilku. Halaman seterusnya ditempel gambar teman-teman sekelasku. Halaman seterusnya dicatat profil teman-teman serta perasaan teman-teman terhadap aku. Biasanya, satu orang menulis 2-3 halaman. Halaman pertama ditulis profil masing-masing. Profilnya terisi nama lengkap, nama panggilan, warna favorit, makanan favorit, artis favorit, hewan favorit, karakter, motto, nomor hape, Facebook, email, alamat rumah, serta dikasih gambar yang paling cantik dan ganteng. Biasanya gambar ditempel di sudut kertas bagian atas. Halaman kedua tertulis perasaan terhadapku dari pertemuan pertama sampai perpisahan.

Pada halaman ini, temanku menceritakan tentang karakterku, aku orangnya bagaimana. Kebanyakan mereka bilang aku orangnya ceria, murah senyum, kandang-kadang juga senyum sendiri, orangnya mudah ketawa. Apa pun yang diceritakan oleh temanku aku pasti ketawa walaupun hal itu tidak lucu sama sekali. Mereka juga bilang aku orangnya suka meniru karakter guru di sekolah. Iya, cerita ini benar banget. Aku dan teman akrab sering meniru karakter guru sampai membikin teman-teman di kelas tertawa. Waktu itu kami tidak berpikir apa-apa, hanya menghiburkan teman-teman biar teman-teman tertawa.
Sekarang kami sudah sadar perbuatan begini tidak bagus, kurang ajar. Seorang siswa harus menghargai guru. Banyak yang diceritakan oleh temanku. Tulisan yang dimuat dalam buku kenangan ini kebanyak ucapan terima kasih, minta maaf, ucapan selamat dan kata “don’t forget me” (jangan lupkan aku). Setiap orang pasti tulis.
Aku punya buku kenangan cuma satu, jadi temanku harus bergantian. Aku menyerah buku kenangan kepada temanku sambil mengatakan, “Ini buku kenangan punya aku, kamu tulis apa saja yang kamu mau tulis. Bisa cerewet, curhat, nasihatin juga boleh. Tidak usah takut aku tidak akan marah. Yang penting waktu kamu tulis harus jujur dan ikhlas”. Temanku menjawab, “Iya siap. Terus aku harus kembali kapan?” ujar temanku. Kemudian aku menjawab, Kapan saja pokoknya jangan lama-lama ya, masih banyak teman-teman yang belum menulis.” Satu minggu kemudian dia baru menyerah buku kenangan pada kepadaku. Setelah itu, aku menyerah buku kenangan dan langsung menetapkan waktu kembali karena seminggu terlalu lama. Aku memberi waktu hanya 3-4 hari. Tiba waktu perpisahan, aku sedih sekali. Takut tidak bisa ketemu sama mereka lagi. Beruntung aku punya buku kenangan yang tersimpan tulisan-tulisan mereka yang akan aku simpan selama-lamanya.
Aku membaca (lagi) buku kenangan semasa SMP setiap tahun. Aku simpannya di lemari buku di depan kamar tidurku. Setelah membaca buku kenangan kembali, aku kangen sama teman-teman. Buku kenangan menjadi sebuah benda yang penuh dengan kenangan. Saat aku membaca aku bisa membayang masa lalu sambil senyum dan tertawa. Zaman sekarang adalah zaman digital gampang untuk komunikasi sama teman-teman lewat media sosial, walaupun jauh jaraknya masih bisa komunikasi. Karena kedatangan media sosial, catatan buku kenangan sudah mulai hilang. Anak SMP zaman sekarang jarang bikin buku kenangan.
Menurutku, komunikasi lewat media sosial dengan komunikasi langsung tidak sama. Tidak bisa mendengar suara langsung dan tidak bisa memeluk. Aku sempat tanya temanku bagaimana pendapatku tentang buku kenangan. Katanya tidak penting dan sudah lupa taruh di mana. Mungkin sudah hilang. Kalau menurutku, buku kenangan sangat berharga. Yang paling berharga adalah tulisan yang tercatat di kertas itu. Kita bisa simpan selama-selamanya dan bisa menjadi warisan untuk anak-anak nanti.
Buku kenangan membuat cerita-cerita tidak hilang begitu saja. Tulis kesan, pesan dan perasaan. Biarkan kenangan itu tercatat indah dalam sebuah buku kenangan. Nanti kita pasti akan senyum-senyum sendiri jika melihat buku beberapa tahun kemudian. Kamu juga bisa tunjukkan buku kenangan masa SMP ke anakmu nanti.
Penulis: Fatisan Hayeeawae
Mahasiswa Jurusan Bahasa Melayu konsentrasi bahasa Indonesia,
Universitas Fatoni
Comments