
Pada waktu kecil, aku menjadi seorang yang belum dikenali dengan kertas sertifikat. Jadi, pada waktu SD aku mengikut lomba membuat gambar dan sebagainya. Pada saat itu, aku menjadi seorang yang menang dalam lomba, jadi aku mendapat kertas sertifikat dari sekolah. Saat itu, aku pikir kertas tidak ada artinya bagiku. Aku tidak penduli kertas sertifikat itu. Jadi temanku dibilang sama aku, “Kenapa kamu tak peduli kertas ini? Kan kertas itu ada harga, kamu harus berkumpul kertas sertifikat karena kartas itu membuatmu memudah dapat kerja di masa depanmu.
Sekarang, aku menjadi seorang yang sering mengumpulkan kertas sertifikat dan ibuku juga sering simpan kertas sertifikatku karena waktu semester 4 aku sering mengikuti lomba dan juga ikut kegiatan seminar. Jadi waktu selesai kegiatan, aku bisa dapat kertas sertifikat sebagai peserta. Hatiku rasanya senang karena dapat sertifikat dan sebagainya.
Kertas sertifikat menjadi salah satu yang paling penting untuk diriku sendiri karena dapatnya payah. Kalau mau sertifikat, aku hanya mengikut lomba saja. Karena itulah kertas sertifikat ada harga. Tetapi kalau ditanya apakah sertifikat yang diperoleh menambah ilmu? Tidak! Kertas sertifikat itu tidak menambahkan ilmu, hanya kita mengikhlasan pada diri kita sendiri. Mungkin orang lain juga akan berpikir begitu, apalagi kalau sudah berumah tangga. Sertifikat ini tidak digunakan, cuma diletakan dalam lemari dan juga disimpan dalam map.
Di mana-mana, tulisan atau berbentuk sertifikat sama dan mahal pula, misalnya nama acara, nama peserta, tanggal, stempel, tanda-tanda tangan. Waktu mengikuti seminar di Indonesia, aku pernah harus membayar uang sekitar Rp 100.000. Sama juga dengan Thailand. Waktu mengikuti seminar antarbangsa dibedakan harganya, mahasiswa sekitar 50 bhat (22,500 rupiah) atau juga pengawai sekitar 100 bhat (45,000 rupiah).
Kalau kita mengikut 100 seminar, kita dapatkan 100 kertas sertifikat pun. Kita pintar atau bodoh? Ya bodoh atau pintar itu dari kita sendiri karena kita mengikut seminar dengan ikhlas atau terpaksa. Kertas sertifikat itu dapat ya dapat saja, tidak tidak bisa digunakan. Kertas sertifikat sebagai peserta tidak ada manfaat apa pun kalau hanya disimpan atau dipajang di dinding. Kalau orang yang berpikir sertifikat tidak berharga, kertas dibuat anak kecil untuk membuat pesawat, burung, uang, bunga, tas, perahu dan juga membuat kotak untuk buang sampah. Sertifikat juga digunakan untuk alas buah-buahan atau bungkus nasi.
Orang lain juga berpandangan kalau mempunyai kertas sertifikat lebih banyak dapat pekerjaan lebih mudah. Apalagi kalau pernah menjadi mahasiswa cermerlang bagi fakultas dan menjadi mahasiswa aktivitas, akan dilihat dari kertas sertifikat kita. Kertas sertifikat bisa digunakan untuk mencari pekerjaan, tapi tidak bisa mencari suami atau pandangan hidup.
Jika kita mendaftaran universitas, kita harus kumpul atau pun membuat persiapan kumpul kertas sertifikat karena pendaftaran pegawai akan melihat kertas sertifikat serta mewawancara. Dipilihkan mahasiswa masuk ke jurusan yang sesuai dengan sertifikat. Jadi, sertifikat menjadi sesuatu yang penting bagi mahasiswa dan calon pegawai. Sama juga dengan waktu kita masukan kerja, kalau kita cari kerja yang bagus seperti guru, pegawai, dan dokter, mungkin tetap digunakan kertas sertifikat supaya bisa dapat uang banyak. Kertas sertifikat ini adalah tanda atau surat keterangan (pernyataan) tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang, yang dapat digunakan sebagai bukti pemilikan atau suatu kejadian.
Penulis: Nur-inee Dolor
Mahasiswa Jurusan Bahasa Melayu Konsentrasi Bahasa Indonesia, Universitas Fatoni.
Comments